Pada tulisan saya sebelumnya, saya telah menjelaskan mengenai kisi-kisi materi penalaran induktif pada Tes SNBT 2024. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai kisi-kisi materi untuk penalaran deduktif. Apa saja? Berikut ini penjelasannya.
Tes penalaran umum adalah tes yang mengukur cara berpikir atau bernalar dari proposisi-proposisi yang diberikan untuk melihat hubungan antar proposisi tersebut. Proposisi merupakan suatu pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh.
Proposisi dapat berupa proposisi tunggal dan proposisi majemuk. Proposisi tunggal adalah pernyataan yang hanya mengandung satu gagasan atau ide, biasanya terdiri dari satu subjek dan predikat. Proposisi tunggal dapat bernilai benar atau salah, tergantung pada apakah per-nyataannya sesuai dengan fakta atau tidak.
Contoh:
Planet Mars adalah pusat tata surya. (salah) Indonesia merupakan negara kepulauan. (benar)
Proposisi majemuk adalah pernyataan yang mengandung lebih dari satu gagasan atau ide, biasanya terdiri dari beberapa subjek dan predikat yang dihubungkan dengan kata peng-hubung. Ada tiga jenis proposisi majemuk yang sering ditemui yaitu proposisi konjungsi, disjungsi dan implikasi.
Konjungsi adalah proposisi majemuk yang menggabungkan dua pernyataan dengan kata penghubung "dan". Konjungsi hanya bernilai benar jika kedua pernyataan tersebut benar.
Contoh:
Guru yang berkualitas dan lingkungan belajar yang kondusif dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Disjungsi adalah proposisi majemuk yang menggabungkan dua pernyataan dengan kata penghubung "atau”. Disjungsi bernilai benar jika salah satu atau kedua pernyataan tersebut benar.
Contoh:
Pendidikan formal atau pengalaman hidup dapat membentuk kemampuan seseorang.
Implikasi adalah proposisi majemuk yang menggabungkan dua pernyataan dengan kata penghubung "jika ... maka ..."dan menyatakan hubungan sebab-akibat antara keduanya. Implikasi terdiri dari anteseden (pernyataan yang mengandung syarat atau kondisi yang harus di-penuhi) dan konsekuensi (akibat dari anteseden).
Implikasi hanya bernilai salah jika pernyataan yang menyatakan anteseden benar, tetapi pernyataan yang menyatakan konsekuensinya salah. Implikasi juga dapat dituliskan dengan simbol panah (=>), contohnya Jika P maka Q dapat dituliskan p => q.
1. SILOGISME
Salah satu bentuk penalaran umum adalah silogisme yang terdiri dari dua proposisi premis dan satu proposisi simpulan. Terdapat beberapa bentuk dari silogisme, diantaranya mengafirmasi anteseden (Modus Ponens), mengafirmasi konse-kuensi, menyangkal anteseden, menyangkal konsekuensi (ModusTollens), dan argumen berantai.
a. Mengafirmasi Anteseden (Modus Ponens)
Mengafirmasi anteseden, biasa juga dise-but dengan modus ponens adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua proposisi premis dan satu proposisi simpulan dengan pola sebagai berikut:
Premis 1 : p => q
Premis 2: p
Simpulan: q
Contoh:
Premis 1 : Jika memiliki SIM A, maka diper-
bolehkan mengendarai mobil.
Premis 2 : Asrul memiliki SIM A.
Kesimpulan : Asrul diperbolehkan mengendarai mobil.
b. Mengafirmasi Konsekuensi
Mengafirmasi Konsekuensi adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua proposisi premis dan satu simpulan dengan pola sebagai berikut:
Contoh:
Jika terdapat kelebihan kandungan gula dalam tubuh, maka risiko diabetes akan meningkat (Anteseden: Terdapat kelebihan kandungan gula dalam tubuh, Konsekuensi: risiko diabetes meningkat)
Premis 1 : p => q
Premis 2: q
Tidak ditemukan kesimpulan yang valid
Catatan: Simpulan dari silogisme dengan mengafirmasi konsekuensi tidak dapat digunakan karena tidak valid.
Contoh:
Premis 1: Jika hari ini hujan, maka jalan akan licin.
Premis 2: Hari ini jalanan licin.
Tidak dapat disimpulkan bahwa hari ini hujan karena ada kemungkinan jalanan licin dikarenakan hal lain, misal minyak tumpah.
c. Menyangkal Anteseden
Menyangkal anteseden adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua premis dan satu simpulan dengan pola sebagai berikut
Premis 1 : p => q
Premis 2 : ~p (tidak p)
Tidak ditemukan kesimpulan yang valid
Contoh:
Premis 1 : Jika cuaca cerah, maka Iwan
pergi memancing.
Premis 2 : Kenyataannya cuaca tidak cerah.
Kesimpulan : Tidak dapat disimpulkan dengan pasti.
d. Menyangkal Konsekuen (Modus Tollens)
Menyangkal konsekuen, biasa juga dise-but dengan modus tollens adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua premis dan satu simpulan dengan pola sebagai berikut.
Premis 1 : p => q
Premis 2: ~q (tidak q)
Simpulan: ~p
Contoh:
Premis 1 : Jika cuaca cerah, maka Iwan
pergi memancing.
Premis 2 : Kenyataannya Iwan tidak per-
gi memancing.
Kesimpulan : Cuaca tidak cerah.
e. Argumen Berantai
Argumen berantai merupakan bentuk silogisme yang melibatkan beberapa proposisi implikasi sebagai premis dengan satu simpulan berupa proposisi implikasi. Dalam argumen berantai, penarikan simpulan dila-kukan dengan mengeliminasi konsekuensi suatu komposisi dengan anteseden kompo-sisi selanjutnya, polanya dapat dilihat sebagai berikut.
Argumentasi berantai (2 premis)
Premis 1 : p => q
Premis 2 : q => r
Simpulan : p r
Argumentasi berantai (3 premis)
Premis 1 : p => q
Premis2:q =>r
Premis3:r =>s
Simpulan: p =>s
Contoh:
1. Premis 1: Jika hari hujan, maka tanah basah.
Premis 2: Jika tanah basah, maka tanaman tumbuh subur.
Kesimpulan: Jika hari hujan, maka tanaman tumbuh subur.
2. Premis 1: Jika saya makan banyak, maka saya akan surplus kalori.
Premis 2: Jika saya surplus kalori, maka berat badan saya akan naik.
Premis 3: Jika berat badan saya naik, maka baju saya tidak akan cukup lagi.
Simpulan: Jika saya makan banyak maka baju saya tidak akan cukup lagi.
2. KESESUAIAN PERNYATAAN
Pada bentuk tes ini, disajikan sebuah para-graf atau data berbentuktabel atau diagram ke-mudian diminta untuk memilih pernyataan yang sesuai dengan informasi yang berikan. Agar da-pat memilih pernyataan yang sesuai, perlu me-ngetahui isi atau informasi utama dari data yang diberikan. Agar lebih mudah memahami, mari perhatikan contoh berikut.
Diberikan sebuah teks:
Menurut hasil penelitian terbaru, ditemukan hubungan antara tingkat pendidikan dengan ke-sehatan mental seseorang. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
Berdasarkan paragraf di atas, diberikan bebera-pa pernyataan yang harus dipilih. Biasanya soal akan mengharuskan peserta tes untuk memilih jawaban yang paling benar.
Misalnya, diberikan lima pernyataan berikut:
a. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
b. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kesehatan mental seseorang.
c. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih buruk.
d. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidik-an dengan kesehatan mental seseorang.
e. Orang yang memiliki tingkat pendidik-an yang sama memiliki kesehatan mental yang sama pula.
Dari kelima jawaban tersebut terlihat bahwa pilihan jawaban (B) yang paling sesuai karena memang terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kesehatan mental seseorang.
Pada tipe tes kesesuaian pernyataan, hal yang ditanyakan juga beragam, bisa ditanyakan informasi yang paling benar ataupun yang pasti salah, informasi yang memperkuat atau memper-lemah, hubungan antarinformasi, dan sebagainya.
Contoh:
3. NEGASI
Negasi dari pernyataan, "Jika sebagian bayi minum ASI maka tidak diberi makan tambahan" adalah:
Sebagian bayi minum ASI dan diberi makan tambahan.
4. KUANTOR
a. Kuantor Universal
Kuantor universal atau kuantor umum ditandai dengan kata "semua","untuk setiap" "untuk tiap-tiap", dan "setiap". Lam-bang yang digunakan adalah V.
Pernyataan kuantor universal dapat di-nyatakan dengan:
Semua anggota A adalah anggota B atau setiap anggota A adalah anggota B.
Yang ekuivalen dengan:
Jika x e A maka x e B.
b. Kuantor Eksistensial
Eksistensial merupakan kata sifat dari eksis, yaitu keberadaan. Kuantor eksistensial merupakan pengukuran jumlah yang menunjukkan keberadaan. Kuantor eksistensial ditandai dengan kata "ada" "terdapat", atau "beberapa” artinya tidak kosong atau sekurang-kurangnya satu. Lambangnya adalah 3.
Pernyataan kuantor eksistensial dapat di-nyatakan dengan:
(Sekurang-kurangnya) ada anggota A yang menjadi anggota B.
Beberapa anggota A adalah anggota B.
Yang ekuivalen dengan: 3x, xeAAxeB.
Contoh:
Premis 1: Semua komedi akan membuat tertawa penontonnya.
Premis 2: Sebagian acara di televisi adalah komedi.
Kesimpulan:
Sebagian acara televisi membuat tertawa.
Contoh:
Premis 1: Semua rumput adalah ilalang.
Premis 2: Sebagian ilalang berduri.
Kesimpulan:
Tidak dapat disimpulkan dengan pasti, apa-kah ada rumput yang berduri atau tidak.
Sebab, tidak bisa dipastikan apakah sebagian ilalang yang berduri itu adalah terdapat rumput di antaranya atau tidak.
5. Pengambilan Kesimpulan dengan Irisan Himpunan
Sebagian besar soal-soal penalaran yang terdapat pada psikotes merupakan soal yang dapat diselesaikan atau diambil kesimpulannya tanpa menggunakan rumus matematika.