Apa yang dimaksud dengan imperative verb dan bagaimana contohnya?
Penjelasan Mengenai Imperative Verb
Imperative verb tidak hanya tergolong kelompok verb, namun juga verb mood, yang berarti verb yang bertujuan mengekspresikan. Ekspresi imperative verb sendiri berupa kalimat suruhan / kalimat perintah, dan imperative verb dapat dikategorikan sebagai yang muncul di awal kalimat atau mendapat penambahan “do not/don’t” (bersifat negative) atau “please” (bentuk sopan).
“Do”, “Wash”, “Close”, dan lain-lain merupakan imperative verb yang pasti muncul di awal kalimat. Dalam beberapa kasus, ada imperative verb yang memperoleh tambahan berbagai macam imbuhan, seperti “clean up”, “come on”, “get in”, dan lain-lain. Ada kalanya pula imperative verb mendapat tambahan “do not/don’t”, seperti “Do not talk”, “Don’t stop”, “Don’t approach”, dan lain-lain, sehingga menjadi negative imperative.
Imperative verb selalu merupakan verb 1. Sebagai langkah awal untuk memahami contoh-contoh penerapan imperative verb, kita akan menyimak contoh kalimat yang tersaji pada poin selanjutnya dari artikel ini.
Contoh Penerapan Imperative Verb Dalam Kalimat
Tiga contoh kalimat yang terdapat pada poin ini menggambarkan kehadiran imperative verb yang berbeda-beda sesuai kategori pada poin penjelasan sebelumnya.
Masing-masing dari ketiga contoh kalimat yang ada dilengkapi dengan arti bahasa Indonesia, tanda bold untuk imperative verb, dan tanda garisbawah untuk penambahan imbuhan setelah imperative verb atau “do not/don’t” sebelum imperative verb.
Setelah menyimak masing-masing dari ketiga contoh kalimat di bawah ini, kita juga akan mempelajari lebih jauh mengenai materi imperative verb dari masing-masing contoh kalimat:
1. Close the door when I do my creative projects! (Tutup pintunya saat aku mengerjakan proyek kreatifku!)
Penjelasan: Contoh kalimat pertama ini tidak hanya memperlihatkan struktur kalimat suruhan, namun kesan menyuruh itu juga diperkuat dengan adanya “close” (tutup) sebagai imperative verb di awal kalimat.
2. Clean up those clutters for me! (Bersihkan kotoran-kotoran itu untukku!)
Penjelasan: “Clean” dalam contoh kalimat ini merupakan imperative verb, dan “up” setelahnya adalah imbuhannya. Dari bahasa keseluruhan kalimatnya, kita mengetahui ini juga merupakan contoh kalimat perintah, seperti contoh kalimat pertama.
3. Do not approach the gate until the leader says so (Jangan menghampiri pintunya sampai ada instruksi dari pemimpin).
Penjelasan: Contoh kalimat ini memperlihatkan “approach” (menghampiri) sebagai imperative verb dan “do not” (jangan) sebagai hal yang membuatnya menjadi negative imperative, atau kalimat suruhan berupa larangan.
Jadi, imperative verb selalu ditempatkan di awal kalimat, kecuali ada tambahan “do not/don’t” di depannya. Semua kalimat ber-imperative verb adalah kalimat suruhan, termasuk yang berakhiran dengan tanda titik sekalipun. Kita juga akan melihat aturan pemakaian yang sama dalam poin berikutnya pada artikel ini.
Contoh Penerapan Imperative Verb Dalam Percakapan
Agar learners sekalian makin mudah mempelajari contoh percakapan yang mengandungi materi imperative verb dalam poin ini, kami menyamakan panduan yang digunakan pada poin sebelumnya, yakni arti bahasa Indonesia dalam tiap baris percakapan, tanda bold pada imperative verb, dan tanda garisbawah pada imbuhan setelah imperative verb atau “do not/don’t” sebelum imperative verb.
Kemudian, penjelasan lebih lanjut mengenai pelajaran imperative verb juga tersedia setelah contoh percakapan di bawah ini, sehingga learners sekalian mendapat lebih banyak manfaat dari materi imperative verb dalam artikel ini:
Bell: Wake up, wake up, everybody! We’ll be going to the number one cake shop!
(Bell: Bangun, bangun, semuanya! Kita akan pergi ke toko kue nomor satu!)
Millie: My, what’s up with you, Bell? You seem so happy with that cake shop, do you?
(Millie: Ya ampun, ada apa denganmu, Bell? Sepertinya kamu senang sekali dengan keberadaan toko kue itu, ya?)
Bell: Of course I am! They have, like, the best cheesecake ever! *points to her assistant* Hey, you! Open the house’s door as well as unlocking my car’s key!
(Bell: Tentu saja! Mereka itu punya, semacam, kue keju paling enak sepanjang masa! *menunjuk pada asistennya* Hei, kamu! Buka pintu rumah dan buka kunci mobilku!)
Assistant: Roger, Ma’am! *doing as Bell told while almost accidentally press the strange-designed button*
(Asisten: Siap, Bos! *melakukan seperti yang Bell suruh sambil hampir tidak sengaja menekan tombol yang berdesain aneh*)
Bell: Ack! Don’t press that button!
(Bell: Ya ampun! Jangan tekan tombol itu!)
Learners, mari kita perhatikan baris pertama contoh percakapan di atas. Ada imperative verb “wake” dengan imbuhan “up”, yang berarti “bangun”, yang diulang sebanyak 2 kali. Ini menunjukkan adanya penekanan pada kalimat dialog berbentuk suruhan Bell untuk Millie bangun.
Dalam baris ketiga contoh percakapan, kita belajar mengenai imperative verb “open” (buka) yang berada di awal kalimat percakapan, mengingat kalimat tersebut ada setelah tanda seru pada kalimat sebelumnya. Ini juga merupakan kalimat suruhan, bukan hanya karena diakhiri dengan tanda seru dan ditujukan pada asisten Bell, namun juga karena perintah imperative verb itu ada di bagian depan.
Di bagian akhir, kembali kita menemui imperative verb yang berbentuk negative imperative. Dalam hal ini, imperative verb “press” (tekan) didahului dengan “don’t” (jangan), membuatnya menjadi kalimat suruhan berupa larangan untuk menekan tombol yang berdesain aneh tersebut.